“Sawadhika, welcome to Thailand”. Itulah kata-kata yang diucapkan pramugari pesawat ketika saya hendak turun dari pesawat yang mendarat dibumi bandara Bangkok. Petualangan untuk menambah pengalaman mengenal ekonomi dan dunia marketing di negeri Thailand dimulai. Berawal dari pengambilan mata kuliah pemasaran Internasional kelas Bapak Renald Khasali dan asistennya Kakak Arif Rahman Hakim, kita berangkat ke negeri Thailand untuk membandingkan keadaan ekonomi disana khususnya bagaimana perusahaan di Thailand menerapkan praktik pemasaran Internasonal dengan keadaan ekonomi di negeri tercinta kita Indonesia.
Soekarno-Hatta – Changi - Suvarnabhumi
di bandara Soekarno-Hatta pada tanggal 23 April 2009 pukul 07.00 WIB. Bandara Soekarno Hatta memang tidak terlalu banyak perubahan ketika saya terakhir kesana, kira-kira 6 bulan yang lalu, disiplin yang masih kurang seperti masih banyak yang merokok di area dilarang merokok, taxi yang tidak tertib, dll. Namun di beberapa area bandara memang terlihat lebih modern walaupun sebenarnya saya merasa ada konsep yang kurang dari yang diterapkan oleh pengurus bandara. Perasaan itu pun terjawab ketika saya menginjakkkan kaki untuk transit di bandara Changi, Singapore pada pukul 14.00 waktu setempat setelah terbang selama kurang.
Jika membandingkan Soekarno-Hatta dengan Changi, maka akan terlihat perbedaan yang mencolok bahwa bandara Changi sangat jauh modern dan lebih tertata rapi
dengan konsep one stop shopping dan zona entertain yang tentunya akan menimbulkan kesan sendiri terhadap orang yang pernah kesana. Setelah transit di Changi kami melanjutkan perjalanan ke Thailand, dan kita mendarat di bandara Suvarnabhumi.
Bandara Suvarnabhumi pun bila kita membandingkan dengan bandara Soekarno-Hatta juga terlihat lebih terkonsep, walaupun terbilang masih kalah dengan Changi, namun di sudut-sudut bandara Suvarnabhumi, kita bisa melihat patung-patung atau lukisan yang menggambarkan kebudayaan dan keindahan negeri Thailand, sementara di sudut lainnya juga masih terlihat sentuhan modern. Terlihat sama dengan konsep di Soekarno Hatta, namun bandara Soekarno-Hatta seharusnya lebih bisa menonjolkan kebudayaan, keragaman, dan keindahan negeri Indonesia yang sebenarnya lebih indah dan lebih beragam dibanding kondisi pariwisata Thailand daripada memasang banner-banner atau poster sponsor yang tidak ada hubungannya dengan pariwisata Indonesia. Hal yang membuat Thailand lebih unggul adalah karena Thailand lebih unggul dalam mempromosikan pariwisatanya disbanding Indonesia. Bandara pun menjadi acuan orang dari Negara lain dalam menilai kondisi pariwisata Negara yang bersangkutan, karena itu sebaiknya Pengurus bandara Soekarno-Hatta turut memperhatikan hal ini dan memperbaiki segala kekurangan dan menonjolkan keindahan Indonesia di Bandara.
Sesampainya kami di Thailand pukul 17.00 waktu setempat, kami naik bis tingkat dua dalam mengarungi kota Bangkok, ibu kota Thailand yang memiliki nama asli yang sangat panjang seperti yang di ucapkan tour guide kita pak Pieter dan pak Ronny. Jika membandingkan Bangkok dengan Jakarta, keadaan dan suasana tidak jauh berbeda bahkan sangat mirip sekali, saya sempat melihat satu sudut kota Bangkok yang saya merasa bahwa saya pikir saya berada di daerah kalibata. Jalan-jalan di Thailand memang terlihat mirip dengan kota di Jakarta, dimana di suatu kawasan terlihat gedung-gedung yang tidak rapat, namun perbedaannya kawasan kumuh di Bangkok tidak terlalu banyak jika dibanding di Jakarta dan nampaknya telah tertutupi dengan baik sehingga saya pun tidak terlalu merasa terganggu karenanya. Jika kita kembali membandingkannya dengan Jakarta saya sebagai warga Jakarta boleh merasa berbangga karena di beberapa kawasan di Jakarta seperti Kuningan, Sudirman, atau podomoro city sebenaranya terlihat lebih megah dan lebih indah
Keadaan Thailand pun terlihat seperti sudah stabil dan tidak terlihat bahwa seminggu yang lalu negeri ini sedang penuh konflik dengan kasus pendukung Perdana Menteri Thailand yang lalu Thaksin Sinawatra yang melakukan aksi dengan memblokir Konferensi Asia di Thailand, mereka adalah anti dari Perdana Menteri yang sekarang yaitu Ambhisit. Seperti yang saya katakana sebelumnya suasana disana terlihat aman-aman saja dan keadaan ekonomi sudah berjalan normal.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
seep lah....
Post a Comment