Thursday, June 18, 2009
Journey to Thailand : Global Marketing There PART 3
Pattaya adalah salah satu kota besar di Thailand yang menawarkan suasana pantai dan kehidupan malam yang menarik para wisatawan untuk menghabiskan liburan disana. Kesan pertama ketika mengijakkan kaki di Pattaya adalah : pantainya biasa saja (jelek), ramai, namun memiliki suasana yang menarik karena keramaiannya itu sendiri dengan banyaknya pusat-hiburan yang memikat hati. Jika kita membandingkan Pattaya dengan Kuta Bali maka Kuta Bali jauh lebih indah 10 kali lipat, namun suasana pusat hiburannya tidak jauh berbeda dengan Bali, munkin inilah daya jual Pattaya yang sebenarnya.
Saat paling nikmat menikmati Pattaya adalah saat malam hari dimana pusat hiuran sudah ramai dan penuh dengan music-musik dan wanita-wanita sexy. Kami pun dibawa menuju sebuah show yang berkelas dunia yaitu Alcazar show. Alcazar show adalah sebuah pertunjukan cabaret yang menampilkan bencong-bencong yang benar-benar mirip wanita bahkan terlihat cantik. Pertunjukannya luar biasa, setting panggung terlihat wah dan sound system sangat apik, pertunjukkannya sendiri luar biasa menarik dengan menampilkan kostum-kostum dan koreographi yang bagus dari pertunjukan tradisional Thailand sampai gaya-gaya barat dengan lagu the beatles pun ada.
Gajah-gajah lucu
Selepas dari menikmati kota Pattaya kami check in di hotel di Pattaya. Dan langsung check out di pagi harinya. Kami berangkat lagi menuju satu perusahaan lagi yang menjual madu. Di tempat sana kami juga berbicara dengan salah seorang pimpinannya yang juga adalah orang Indonesia, dan beliau menjelaskan manfaat dan kelebihan produk madu yang dijual. Selepas menikmati sample madu gratis yang ditawarkan, lalu kami menuju objek wisata lainnya, yaitu pertunjukkan gajah, gajah-gajah yang ditampilkan sudah terlatih dan memberikan hiburan kepada penonton yang memadati tempat tersebut. Gajah sendiri adalah hewan yang menjadi symbol Negara Thailand karena dulunya gajah adalah hewan yang digunakan kerajaan untuk kekuatan militer di jaman dahulu dan jaman sekarang pun gajah menjadi hewan yang populer di Thailand, souvenir-souvenir yang saya beli pun semuanya memiliki symbol gajah.
Setelah melihat sebuah pertunjukkan menarik dengan gajah sebagai aktor utamanya walaupun angat menyita waktu sehingga ada satu jadwal yang harus diskip demi memiliki satu waktu untuk mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan di Bangkok. Ya, kami kembali melanjutkan perjalanan ke Bangkok dan memiliki 2 acara terakhir, yang pertama adalah belanja di tempat shopping bernama MBK dan yang kedua adalah acara Dinner Cruise di sungai chao praya river dan menikmati kota Bangkok di malam hari.
MBK, pusat anak gaul
Setelah sampai di Bangkok dari Pattaya, kami menuju MBK, sebuah tempat berbelanja di Thailand yang besar dengan 7 tingkat di bangunannya dan kira-kira mirip dengan mangga 2 di Jakarta. Banyak dari kami yang menghabiskan uang bahtnya di MBK namun saya dan teman saya dhani mencari sebuah kuliner bernama durian ketan (ada nama Thailandnya) yang cukup terkenal dan kita penasaran ingin mencicipinya. Kita pun menemukannya dengan susah payah di food court MBK, dan rasanya luar biasa enak dengan harga 40 Baht walaupun posinya seperti porsi orang diet namun rasanya luar biasa. Inilah makanan Thailand yang saya sukai disbanding masakannya yang terkenal yaitu tom yam yang tidak sesuai dengan lidah saya.
Dinner Cruise at Chao Praya – panas tapi keren
Malam harinya kami makan malam bertemakan dinner cruise at chao praya river. Dengan baju yang semi resmi dan rapih kita dibuat kusut karena untuk masuk kedalam cukup lama prosesnya dan dengan suhu di Bangkok, walaupun malam hari, yang sangat panas kita pun menjadi lepek. Namun kelepekan tersebut dibayar dengan suasana dinner yang menyenangkan di iringi dengan lantunan music dengan artisnya yang bisa membaur dengan rombongan-rombongan di kapal diantaranya ada turis dari korea dan kami dari Universitas Indonesia dan makanan prasmanan yang luar biasa lezat. Menikmati pemandangan kota Bangkok dengan mengelilingi sungai chao praya di malam hari pun melengkapkan kenikmatan suasana. Rasanya inilah puncak selama 3 hari kita tour di Thailand.
Coming Home
Keesokan harinya setelah menginap malamnya di hotel yang sama dengan hari pertama kita check in, kami pun bersiap untuk pulang ke tanah air dan melanjutkan rutinitas seperti biasa. Perjalanan ini sungguh berkesan, cukup banyak pengalaman yang saya dapatkan dan bisa saya gunakan sebaik-baiknya di masa datang, dimana saya berencana untuk memajukan produk Indonesia di pasar global. Dengan mengikuti perjalanan ini saya bisa mendapatkan gambaran tentang kondisi di suatu Negara di luar negeri yang sedikit berbeda walaupun banyak kesamaan dengan negeri kita Indonesia. Kehidupan sosialnya tidak jauh berbeda, namun yang membuat mereka beda adalah mereka mencintai kebudayaan mereka sendiri dan hal ini yang masih kurang dari kita.
Walaupun pengemasan pariwiasata Thailand sudah sangat baik dengan objek wisata yang dibuat sedemikian menariknya hingga menarik wisatawan asing berkunjung ke Thailand, namun mereka masih memiliki kekurangan dari produk yang ditawarkan untuk pasar global. Saran dari saya untuk negeri Thailand adalah lebih mengembangkan industrinya baik perhiasan, madu, atau yang lainnya di pasar global dengan sebuah produk yang hanya ada di Thailand sehingga menjadi competitive advantage di pasar Global karena produk mereka yang kita kunjungi seperti perhiasan dan madu yang mereka klaim sudah mengglobal namun kita merasa bahwa di Negara lain juga bisa mengklaim seperti itu. Indonesia memiliki perkebunan karet dan kelapa sawit terbesar di dunia walaupun sering “diurusi asing” namun hal itu menjadi competitive advantage Negara kita. Jepang ahli dalam membuat mobil, dan China mulai berkembang, apakah yang dimiliki Thailand selain pariwisata, yang menurut saya masih kalah dengan Indonesia JIKA Negara kita dapat mengelolanya dengan baik? Itu menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Thailand, sementara tugas saya untuk membuat laporan ini saya cukupkan sampai disini. Terima kasih sudah membaca laporan saya. Khob Khun Ka / Khob Khun Krab
Good bye Thailand. Sampai jumpa lagi. Sawadhika. Duh mau hong nam nih..
Journey to Thailand : Global Marketing There PART 2
Tepat pukul 19.00 dihari kedatangan kami, kami tidak langsung check-in di hotel namun kita makan malam dulu di sebuah restoran bernama Royal Dragon Restaurant yang konon katanya adalah restaurant terbesar di dunia sampai-sampai ada sertifikat guinnes world of record yang dipajang di pintu masuk restoran. Memiliki title sebagai restoran terbesar di dunia bukan berarti menjadi terenak di dunia karena rasanya tidak cocok dengan lidah saya walaupun sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan rasa makanan di Indonesia dan hal ini pun diamini oleh beberapa teman saya.
Setelah makan di Royal Dragon Restaurant kita menunjungi pasar malam Bangkok yang dikenal dengan nama Suan Loom night market. Suan Loom sebenarnya lebih terlihat seperti pasar malam di Jakarta saat ada perayaan Jakarta Fair, namun terasa lebih panas dan gerah karena suhu di Bangkok saat kita datang kesana mencapai 38 derajat celcius. Bahkan saat malam pun panasnya tidak turun. Namun berbelanja di Suan Loom cukup nyaman menurut saya karena kita benar-benar bisa merasakan suasana pasar malamnya, dan kita bisa menawar harga sampai harga yang bisa disepakati. Di tengah kita bisa melihat sebuah panggung besar di tengah-tengah food court menjadikan tempat itu sangat ramai dan cocok untuk hang-out bersama teman-teman. Saya pun merasakan atmosfer Bangkok di malam hari dan disana tetap saja masih terasa kebudayaan tradisional Thailand dengan patung-patung atau candi-candi kecil di tengah-tengah pasar.
Pukul 23.00 kami check-in di Hotel Grand Palace Bangkok. Beristirahat dengan cukup disana karena besoknya tanggal 24 April, pagipagi pukul 07.00 kita coffe morning di hotel, dan melanjutkan tour ke Gems Jewelery di tengah-tengah kota Bangkok yang panasnya membara di siang hari.
Gems Jewelery : penerapan Global marketing?
Bertempat di tengah kota Bangkok berdiri bangunan yang tidak terlalu besar namun tidak kecil pula Gems jewelery sebagai perusahaan yang menjual batu perhiasan dari ruby sampai jade stone yang diproduksi dengan bahan baku yang diambil dari tanah Thailand itu sendiri menjadi salah satu tempat kunjungan kami sebagai bahan ajar mata kuliah pemasaran internasional juga sebagai tempat kunjungan bagi pengunjung local maupun asing.
Gems Jewelery menawarkan keindahan dan keaslian dari permata yang nilainya rendah dari 100 Baht sampai yang jika dirupiahkan mencapai ratusan juta rupiah. Disana kita dapat melihat produksi permata sampai tempat penjualannya di tempat. Pemasaran produk Gems Jewelery sendiri walaupun mencapai Negara-negara eropa seperti Perancis, Inggris, Jerman, sampai ke Amerika namun penjualan masih berupa ekspor tidak sampai melakukan ekspansi ke Negara lain dengan melakukan penjualan langsung di suatu kawasan dunia. Mereka, Karyawan Gems Jewelery mengklaim bahwa produk mereka adalah kualitas no 1 di dunia dan sebenarnya sah-sah saja jika mereka mengklaim seperti itu jika melihat dari sudut pandang mereka karena saya sendiri tidak bisa membedakan kualitas permata yang baik dan buruk.
Channel distribusi mereka dalam melakukan penjualan secara global dilakukan melalui pemesanan dan langsung dikirim ke Negara pemesan. Mereka biasa melakukan komunikasi pemasaran Gems Jewelery melalui media internet, catalog, ataupun event-event international yang mereka sendiri tidak menyebutkan nama event itu sendiri, jadi saya sulit untuk mengorek lebih dalam informasi tentang mereka karena mereka lebih tertarik membicarakan dan mempromosikan perhiasan dan kondisi Negara Thailand ketimbang berbicara tentang strategi perusahaan. Namun pegawai disana ramah-ramah dan baik hati juga cantik-cantik jadi saya tidak banyak complain.
Setelah melakukan kunjungan ke Gems Jewelery, kami melanjutkan tour ke Grand Palace, tempat istana raja Thailand. Thailand sendiri adalah Negara konstitusi dengan raja sebagai kepala Negara dan perdana mentri sebagai kepala pemerintahan. Raja Thailand adalah sosok yang diagung-agungkan oleh rakyat, sebagai salah satu contoh di jalan-jalan besar Thailand banyak terlihat foto-foto besar raja Thailand di sepanjang jalan sebagai salah satu bentuk bagaimana rakyat Thailand sangat mencintai rajanya. Di Grand Palace sendiri kami hanya foto-foto saja di bagian luarnya dengan latar belakang Grand Palace namun itu dirasa sudah cukup karena perjalanan kami yang masih panjang.
Tour at Chao Praya River
Selepas itu kami menikmati tour dengan perahu keliling-keliling kota Bangkok di sungai Chao Phraya. Sungai Chao Praya cukup bersih jika disbanding sungai ciliwung dan pemerintah setempat memanfaatkan sungai besar di wilayah kota Bangkok sebagai salah satu sarana untuk melakukan transportasi dengan perahu. Ada hal yang cukup unik dimana terdapat satu sudut di sungai chao praya didepan sebuah candi kecil yang penuh dengan ikan yang anehnya hanya disekitar candi itu saja yang terdapat ikan yang jumlahnya cukup banyak dan besar-besar. Akhirnya stelah puas berkeliling-keliling kami menuju tempat bernama wat arun yang tidak lain adalah salah satu candi di Bangkok dan menjadi salah satu objek wisata favorite di Bangkok.
Disana pun kami berbelanja souvenir atas saran pak Pieter dan pak ronny yang berkata bahwa harga barang disitu murah-murah dan memang benar murah jika saya bandingkan dengan harga di Suan Loom Night Market kemarin. Uniknya tempat disana adalah kami menemui penjual yang bisa berbahasa Indonesia dan bersedia barangnya dibeli dengan mata uang rupiah yang kami pikir adalah mata uang yang tidak laku di negeri orang tapi ternyata salah.
Lepas dari Wat Arun kita meninggalkan Bangkok untuk menuju Pattaya dan petualangan kita di Pattaya pun dimulai. Sepanjang perjalanan di bus dari Bangkok sampai Pattaya saya bercerita panjang lebar dengan tour guide kami pak Ronny, beliau menceritakan tentang kehidupan social Thailand, sampai ke ceita peribadinya tentang istri dan anaknya. Sebagai warga asli Thailand, pak ronny cukup fasih berbicara bahasa Thailand, ini dikarenakan sudah cukup banyak warga Indonesia yang memakai jasa beliau dari orang biasa seperti kami sampai orang-orang terkenal di Indonesia seperti Tommy Soeharto. Uniknya walaupun sudah sangat fasih berbicara bahasa Indonesia dan mengenal baik budaya Indonesia pak Ronny belum sekalipun pernah ke Indonesia. Obrolan santai saya dengan beliau di bus adalah mengenal bangsa Thailand dan budaya mereka. Bangsa Thailand adalah bangsa yang merdeka sesuai dengan nama mereka, kesejahteraan mereka pun rata-rata diatas kita, namun di kota-kota besar seperti Bangkok atau Pattaya, kriminalitas tetap saja sering terjadi, dan memang hal itu wajar-wajar saja terjadi di kota besar manapun di belahan dunia. Disini, di jaman ini masyarakat Thailand sudah menganggap bahwa uang sudah seperti dewa mereka. Uang, uang, dan uang, mereka senang mencari uang, dan saya jadi teringat saat menonton TV di hotel Bangkok Palace hotel yang menyiarkan siaran-siaran brutal tentang anarkisme di Thailand, kerusuhan dan tawuran warga, tidak henti-hentinya diperlihatkan disebuah hotel yang dikunjungi wisatawan asing. Saya jadi berpikir dalam hati, “kok mendingan di Jakarta ya?”. Perjalanan pun menyita waktu cukup lama 2 jam, dan pemandangan yang diliat dari bus pun sekali lagi mirip dengan di negeri kita, rasanya perjalanan Bangkok - Pattaya sama saja dengan perjalanan Jakarta – Anyer.
Journey to Thailand : Global Marketing There PART 1
Soekarno-Hatta – Changi - Suvarnabhumi
di bandara Soekarno-Hatta pada tanggal 23 April 2009 pukul 07.00 WIB. Bandara Soekarno Hatta memang tidak terlalu banyak perubahan ketika saya terakhir kesana, kira-kira 6 bulan yang lalu, disiplin yang masih kurang seperti masih banyak yang merokok di area dilarang merokok, taxi yang tidak tertib, dll. Namun di beberapa area bandara memang terlihat lebih modern walaupun sebenarnya saya merasa ada konsep yang kurang dari yang diterapkan oleh pengurus bandara. Perasaan itu pun terjawab ketika saya menginjakkkan kaki untuk transit di bandara Changi, Singapore pada pukul 14.00 waktu setempat setelah terbang selama kurang.
Jika membandingkan Soekarno-Hatta dengan Changi, maka akan terlihat perbedaan yang mencolok bahwa bandara Changi sangat jauh modern dan lebih tertata rapi
dengan konsep one stop shopping dan zona entertain yang tentunya akan menimbulkan kesan sendiri terhadap orang yang pernah kesana. Setelah transit di Changi kami melanjutkan perjalanan ke Thailand, dan kita mendarat di bandara Suvarnabhumi.
Bandara Suvarnabhumi pun bila kita membandingkan dengan bandara Soekarno-Hatta juga terlihat lebih terkonsep, walaupun terbilang masih kalah dengan Changi, namun di sudut-sudut bandara Suvarnabhumi, kita bisa melihat patung-patung atau lukisan yang menggambarkan kebudayaan dan keindahan negeri Thailand, sementara di sudut lainnya juga masih terlihat sentuhan modern. Terlihat sama dengan konsep di Soekarno Hatta, namun bandara Soekarno-Hatta seharusnya lebih bisa menonjolkan kebudayaan, keragaman, dan keindahan negeri Indonesia yang sebenarnya lebih indah dan lebih beragam dibanding kondisi pariwisata Thailand daripada memasang banner-banner atau poster sponsor yang tidak ada hubungannya dengan pariwisata Indonesia. Hal yang membuat Thailand lebih unggul adalah karena Thailand lebih unggul dalam mempromosikan pariwisatanya disbanding Indonesia. Bandara pun menjadi acuan orang dari Negara lain dalam menilai kondisi pariwisata Negara yang bersangkutan, karena itu sebaiknya Pengurus bandara Soekarno-Hatta turut memperhatikan hal ini dan memperbaiki segala kekurangan dan menonjolkan keindahan Indonesia di Bandara.
Sesampainya kami di Thailand pukul 17.00 waktu setempat, kami naik bis tingkat dua dalam mengarungi kota Bangkok, ibu kota Thailand yang memiliki nama asli yang sangat panjang seperti yang di ucapkan tour guide kita pak Pieter dan pak Ronny. Jika membandingkan Bangkok dengan Jakarta, keadaan dan suasana tidak jauh berbeda bahkan sangat mirip sekali, saya sempat melihat satu sudut kota Bangkok yang saya merasa bahwa saya pikir saya berada di daerah kalibata. Jalan-jalan di Thailand memang terlihat mirip dengan kota di Jakarta, dimana di suatu kawasan terlihat gedung-gedung yang tidak rapat, namun perbedaannya kawasan kumuh di Bangkok tidak terlalu banyak jika dibanding di Jakarta dan nampaknya telah tertutupi dengan baik sehingga saya pun tidak terlalu merasa terganggu karenanya. Jika kita kembali membandingkannya dengan Jakarta saya sebagai warga Jakarta boleh merasa berbangga karena di beberapa kawasan di Jakarta seperti Kuningan, Sudirman, atau podomoro city sebenaranya terlihat lebih megah dan lebih indah
Keadaan Thailand pun terlihat seperti sudah stabil dan tidak terlihat bahwa seminggu yang lalu negeri ini sedang penuh konflik dengan kasus pendukung Perdana Menteri Thailand yang lalu Thaksin Sinawatra yang melakukan aksi dengan memblokir Konferensi Asia di Thailand, mereka adalah anti dari Perdana Menteri yang sekarang yaitu Ambhisit. Seperti yang saya katakana sebelumnya suasana disana terlihat aman-aman saja dan keadaan ekonomi sudah berjalan normal.